ANDA PENGUNJUNG KE>>

hotel Hilton Toronto
Powered by Best Free Counters

Senin, 08 November 2010

Tema Kepengurusan PB HMI

“Meneguhkan Kemandirian Bangsa Melalui Karya dan Prestasi Nyata”

Term of Refference

Pendahuluan
Konggres HMI XXVII yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 6-11 Juni 2009 telah menghasilkan beberapa keputusan penting yang ingin meneguhkan kembali peran dan kontribusi HMI bagi kemajuan bangsa. Hal ini setidaknya terumuskan dalam beberapa agenda strategis yang ditetapkan oleh Konggres yang segera dilakukan oleh HMI ke depan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Beberapa agenda strategis itu antara lain perlunya HMI mendorong sebuah mentalitas kemandirian yang perlu dimiliki oleh setiap komponen bangsa dalam menyongsong perubahan zaman yang semakin cepat.
Kemandirian yang dimaksud tentunya bukan hanya slogan namun juga membutuhkan sebuah prasyarat dan daya dukung sehingga kemandirian yang diinginkan lebih produktif dan membawa dampak positif bagi kemajuan bangsa. Prasyarat dan daya dukung utama yang harus dimiliki adalah kapasitas dan kompentensi yang tinggi, internal karakter yang kuat, kemampuan bersaing dan keberanian untuk memikul tanggungjawab secara profesional.
HMI sebagai organisasi kader punya tanggungjawab moral untuk meniupkan kesadaran akan kemandirian ini kepada kader muda yang nantinya akan menjadi penerus dari generasi tua. Tanggungjawab moral ini harus diusung secara jamaah di bawah kepengurusan PB HMI Periode 2009-2011. Dalam Konggres ke 27 di Yogyakarta, M. Chozin Amirullah telah ditetapkan oleh peserta kongres untuk memimpin HMI secara nasional, menggantikan Syahrul Dasopang yang telah purna masa kepengurusannya. Terpilihnya Chozin sebagai ketua umum PB HMI tidak serta merta menjadikan amanah perjuangan HMI hanya bertumpu pada pundak satu orang. Sebagai institusi kebijakan tertinggi di HMI, PB HMI terdiri dari para pengurus yang jumlahnya puluhan orang. Semua personel PB HMI punya tanggungjawab bersama untuk memajukan HMI, sedangkan Chozin hanya bertugas sebagai penanggungjawab dan manajer mereka saja.
Untuk menindaklanjuti agenda strategis sebagaimana diamanatkan dalam konggres dan membawa HMI agar mampu berperan lebih besar bagi kemajuan bangsa melalui karya dan prestasinya diperlukan sebuah tim kerja kepengurusan yang solid yang mampu mengemban amanah secara professional.

Peran kritis dan Konstruktif
Setelah sekian lama terkungkung dalam sebuah rezim feodal dan opresif, Orde Baru, bangsa Indonesia kini memasuki sebuah zaman baru. Zaman baru tersebut menjadikan semangat  egaliatrianisme, pluralisme, dan berdemokrasi (bukan hanya dalam kerangka prosedural melainkan juga substansial) sebagai suatu landasan dalam melangkah. Di tengah demokrasi  yang begitu dinamis dan menuntut banyak perubahan saat ini, marilah kita merenung dan berpikir; apakah gerakan kita sudah banyak berkontribusi banyak terhadap perubahan bangsa ini?
Sebagai gerakan mahasiswa terbesar yang selalu menjadi salah satu tolok ukur perubahan sosial bangsa ini, sudah semestinya HMI dapat berperan lebih besar dalam perubahan dan pembangunan bangsa. Peran tersebut bisa dalam arti peran kritis dalam melakukan kontrol terhadap penguasa, atapun peran konstruktif dalam menciptakan karya-karya nyata yang bisa dipersembahkan kepada bangsa tercinta ini.
Pertama, peran kritis HMI bisa dilakukan dengan secara aktif memantau perjalanan pengelolaan pemerintahan oleh para pimpinan bangsa ini. HMI harus secara aktif melakukan kritik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Dengan kata lain, sudah menjadi semacam amanah abadi buat organisasi semacam HMI ini untuk selalu berdiri di luar struktur negara, mewakili masyarakat sipil melakukan kontrol terhadap kekuasaan. Sebab jika tidak, maka kekuasaan yang cenderung korup tersebut akan dengan mudahknya melakukan opresi terhadap rakyatnya. Dalam konteks inilah, maka sudah menjadi khittah HMI untuk selalu berperan sebagai “oposisi abadi” tanpa peduli siapapun penguasanya.
Pada konteks yang lebih mondial, melalui cabang-cabangnya, HMI juga harus mampu mengambil peran kiritis di daerah. Terdapat lebih dari 440 Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia. Idealnya di setiap Kabupaten dan Kota tersebut, terdapat minimal satu cabang HMI. Dengan demikian, melalui cabang-cabangnya, HMI  mampu memerankan peran aktifnya sebagai kontroler terhadap pemerintahan di tingkat II tersebut. Hal ini penting, mengingat dengan adanya otonomi daerah, KKN yang dulunya terpusat di Jakarta, kini terdistribusi di daerah-daerah. Raja-raja kecil yang mengendalikan pemerintahan daerah berpotensi besar melakukan tindakan penyalahgunaan di daerahnya masing-masing. Oleh karena itu dibutuhkan kekuatan sipil yang kritis dan berani untuk melawan kezaliman-kezaliman yang mereka lakukan. Dan siapa lagi yang bisa membela masyarakat sipil selain HMI?
Kedua, HMI juga punya tugas mengambil peran konstruktif dalam rangka memajukan bangsa ini. peran-peran ini tentu saja bisa dilakukan dengan sebanyak mungkin menciptakan karya-larya berguna bagi bangsa. Secara internal, perkaderan HMI musti diarahkan untuk mendorong kader punya gairah dan kemampuan kekaryaan yang kuat. Bukan saatnya lagi kader-kader HMI bermalas-malasan dan berpangku tangan. Ini adalah saat dimana HMI harus berkarya dan bila perlu berprestasi. Ke depan, kader-kader HMI adalah kader-kader yang mempunyai kapasitas mumpuni baik dalam hal profesionalitas maupun kepemimpinan.
Dalam konteks ini, dibutuhkan dua jalan yang musti ditempuh untuk menciptakan kader yang unggul. Pertama adalah melalui pendidikan. Kader-kader HMI musti diarahkan agar mencintai bidang ilmu yang ditekuninya sehingga ia akan benar-benar menguasai dan profesional di bidang keilmuannya tersebut. Ia didorong agar bisa melanjutkan jenjang studi yang setinggi-tingginya agar ilmu yang dikuasainya bisa berkembang dan suatu saat benar-benr berguna bagi masyarakat. Kedua, melalui perkaderan yang dilakukan di HMI diaharapkan akan menciptakan sosok kader yang bukan hanya pintar secara akademis, akan tetapi juga punya jiwa independensi yang tinggi. Apa gunanya seseorang berilmu tinggi jika jiwanya adalah jiwa yang oportunistik. Perkaderan di HMI akan menciptakan sosok-sosok yang independen sehingga dalam berbuat ia hanya takut kepada Allah dan tidak mudah tergoda oleh tawaran material atau kenikmatan sesaat.

Tidak ada komentar: